Jumat, 04 November 2016
jual beli secara kredit atau yang dikenal dengan Al-Bai’ut-Taqsiith –(البيع التقسيط)
Allah ta’ala telah berfirman :
يَا أَيّهَا الّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَأْكُلُوَاْ أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ
بِالْبَاطِلِ إِلاّ أَن تَكُونَ تِجَارَةً عَن تَرَاضٍ مّنْكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. [QS. An-Nisaa’ : 29].
ذَلِكَ بِأَنّهُمْ قَالُوَاْ إِنّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرّبَا وَأَحَلّ
اللّهُ الْبَيْعَ وَحَرّمَ الرّبَا
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. [QS.
Al-Baqarah : 275].
Dua ayat di atas berlaku umum untuk semua jenis jual beli, termasuk jual
beli secara kredit. Sampai ayat ini, para ulama mu’tabar tidak berbeda
pendapat mengenai jual beli kredit. Hal itu dikarenakan Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam sendiri pernah melakukan jual beli dengan
menunda waktu pembayaran sebagaimana terdapat dalam hadits :
عن عائشة رضى الله تعالى عنها أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ
وَسَلَّمَ اشْتَرَى طَعَاماً مِنْ يَهُودِيٍّ إِلَى أَجَلٍ وَرَهَنَهُ
دِرْعاً مِنْ حَدِيدٍ
Dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa : “Bahwasannya Nabi shallallaahu
‘alaihi wasallam pernah membeli makanan dari seorang Yahudi dengan
pembayaran tertunda dan menggadaikan baju besinya sebagai boroh atau
gadai” [HR. Bukhari no. 2068, 2096, 2200, 2251, 2252, 2386, 2509, 2513,
2916, 4467; Muslim no. 1603; An-Nasa’i no. 4609, 4650; Ibnu Majah no.
2436; dan Ahmad no. 23626, 24746, 25403, 25467].
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar